Senin, 10 Desember 2012

Pegunungan Jayawijaya



Pegunungan Jayawijaya

Jayawijaya, mendengar nama ini bayangan Anda akan segera tertuju pada sebuah pulau paling timur Indonesia, Papua. Jayawijaya adalah nama deretan pegunungan yang membentang membentuk busur memanjang melintasi provinsi Papua Barat dan Papua. Jika Anda ingin menemukan salju di Indonesia, di sinilah tempatnya. Istimewanya, salju di Jayawijaya tidak seperti salju di negara empat musim yang hanya beberapa bulan. Salju di salah satu puncak tertinggi di Indonesia ini merupakan salju abadi. Meskipun tidak seluruh puncak dari gugusan pegunungan Jayawijaya memiliki salju. Bahkan salju yang dimiliki oleh beberapa puncak saat ini sudah hilang karena perubahan cuaca secara global.

Pesona Dan Sekilas Info Tentang Pegunungan Jayawijaya

Pegunungan Jayawijaya adalah deretan pegunungan yang terbentang di tengah provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua New Guinea di Pulau Irian. Ada beberapa puncak di pegunungan Jayawijaya antara lain:
1. Puncak Jaya (Carstenz Pyramide 5.030 mdpl)
Di Puncak Jaya terdapat Gletser Carstenz dan merupakan satu-satunya Gletser tropika yang berada di Indonesia. Puncak ini juga pernah dinamai Poentjak Soekarno, Puncak jaya juga salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia dan merupakan puncak tertinggi di Oceania.
2. Puncak Yamin(4.535 mdpl)
3. Puncak Idenberg (4.673 mdpl)
4. Puncak Trikora (4.751 mdpl)
Puncak Trikora memiliki kawasan hutan antara lain: hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, hutan Ericaceous atau hutan Gunung.
5. Puncak Mandala (4.760 mdpl)
Puncak Mandala adalah puncak tertinggi ketiga setelah puncak Jaya dan puncak Trikora.
6. Puncak Meren, puncak Northwall, puncak Ngga Pulu, puncak Sumantri dan puncak lainnya.
Dan tahukah Anda bahwa pegunungan yang disebut puncak tertinggi itu ternyata dulunya adalah dasar lautan? Dahulu kala, awalnya dunia hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea. Benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia. Benua Eurasia pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.

Pegunungan Jayawijaya

Pengendapan yang sangat intensif terjadi di benua Australia, ditambah terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.
Akibat proses pengangkatan yang terus-menerus, sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.
Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.

Salju di Pegunungan Jayawijaya

Pendakian Pegunungan Jayawijaya

Mendaki Pegunungan Jayawijaya merupakan impian para pendaki gunung dunia. Dengan Medan bebatuan yang terjal diselimuti salju licin dan hawa dingin yang sangat ekstrim memberikan tantangan tersendiri bagi mereka yang menyukai kegiatan mountain climbing. Untuk mendaki satu-satunya gunung bersalju di Indonesia ini, tentu saja selain perlengkapan mendaki, anda juga memerlukan berbagai peralatan dan perlengkapan yang wajar digunakan oleh orang-orang yang tinggal di kawasan sekitar kutub utara.

Pendakian Jayawijaya

Pendakian di mulai dari kota Tembagapura (2500 mdpl), dilanjutkan menggunakan kereta gantung (trem) menuju  kawasan Gressberg (3500 mdpl) selama lebih kurang 10 menit. Setelah turun dari trem, Anda bisa menggunakan bus nuju Zebra Wall (3800 mdpl). Dari Zebra Wall inilah awal pendakian menuju flaying camp di danau Biru (3900 mdpl). Di danau Biru Anda bisa mendirikan tenda dan bermalam, ini dilakukan agar tubuh Anda menyesuaikan dengan ketinggian yg berkadar oksigen lebih tipis. Idealnya setiap naik 100 meter, harus bermalam satu malam begitu seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar tubuh bisa menyesuaikan dengan kadar oksigen yang semakin menipis di ketinggian.

Base Camp Danau Biru

Dari base camp Danau Biru, Anda akan melanjutkan perjalanan menuju base camp Lembah Danau-Danau (4200 mdpl). Membutuhkan waktu sekitar lima jam, Anda harus melawati track menanjak di Pintu Angin yang merupakan salah satu trek terberat, selain menanjak curam juga tidak mudah berjalan karena krikil dan batu yang mudah lepas. Dinamakan Pintu Angin, karena jalur ini membelah dinding batu raksasa menjulang tinggi di kiri kanan jalur. Sehingga angin masuk dari celah bebatuan ini melewati kami. Pada ketinggian ini, dengan medan yang menanjak curam, suhu dingin yang ekstrim dan tipisnya oksigen, Anda bisa terserang mountain sickness. Bila lelah, istirahat sejenak dan minumlah air putih.

Ekspedisi Jayawijaya

Lembah Danau-Danau merupakan base camp induk berbagai tim ekspedisi ke Pegunungan Jayawijaya, karena lokasi yang strategis dan tepat di tengah bila hendak menggapai beberapa puncak di pegunungan ini seperti puncak Cartenzs Pyramide, puncak Cartenzs Timur, puncak Sumatri Brojonegoro dan puncak lainnya. Anda bisa mendirikan tenda dan bermalam di sini.
Dari Lembah Danau-Danau, selanjutnya anda bisa memilih menuju base camp Gletser Puncak Jaya. Track akan semakin sulit karena Anda harus mendaki jalur krikil dan batu yang licin, bila tidak hati-hati bisa tergelincir dan terjun bebas ke jurang. Di sini Anda akan menemukan hamparan salju putih bersih. Es yang selama ini hanya bisa dilihat di kulkas, kali ini akanterpampang dihadapan Anda, menggunung.

Sampai di Puncak Jaya

Untuk mencapai puncak Jaya, dari Gletser Puncak Jaya anda harus mendaki tebing setinggi 70 meter. Dan pada akhirnya rasa lelah dan perjuangan Anda selama beberapa hari pendakian terbayar sudah. Anda telah tiba di puncak Jaya, puncak tertinggi di nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar